Inilah 10 Alasan Jurnal Terindeks Scopus di Discontinued

3.7/5 - (3 votes)

Pada tahun ini, mesin pengindeks jurnal terindeks scopus telah merilis 3-4 kali (Februari, Juni, September, Oktober) discontinued journal. Ada jurnal Q1, yang tiba-tiba lenyap menjadi tidak terindeks scopus, dan banyak jurnal yang turun peringkat secara drastis.

Disini akan di jelaskan bagaimana alasan jurnal terindeks scopus di diskulifikasi atau discontinued dengan re-evaluasi ribuan jurnal.  Scopus memiliki tim, dengan nama Scopus Content Slection and Advisory Board (CSAB), yang bertugas untuk memberikan dasar dari discontinued sebuah jurnal terindeks scopus.   Pada pembahasan kali ini akan di berikan apa saja alasan dari mengapa telah dilakukan reevaluasi terhadap jurnal scopus :

Contents

Beberapa Alasan Mengapa Pengguna Jurnal Telah di Discontinued Dari Scopus

1. Six Metrics dan Benchmarks

Ada beberapa bagian yang termasuk Six metrics dan benchmarks, yaitu sebagai berikut :

  1. Self-citation rate

Untuk masalah yang pertama ini mengacu pada self – citation rate, yaitu suatu kondisi dimana paper sebuah jurnal, mensitasi paper/jurnal itu sendiri.  Ada persentasi yang sudah ditetapkan oleh scopus, jika melebihi batas itu, akan terjadi re-evaluasi.

2. Total Citation rate

Masalah kedua yaitu total citation rate, dimana hal ini bertujuan untuk melihat apakah telah terjadi penuruan ataupun peningkatan. Hal ini juga telah menjadi dasar dari re-evaluasi. Dimana setiap jurnal yang akan di index oleh scopus ini haruslah mempertahankan sitasinya, terutama dari pihak eksternal.

3. CiteScore

Yang ketiga berkaitan dengan cite score dimana memiliki fungsi sebagai perhitungan dasar dalam SJR . Di mana simago ini akan menentukan peringkat quartail (Q) dari scopus indeks yang telah ada nantinya. Nah dimana jika ini  bermasalah ini maka secara langsung akan dilakukan re-eavaluasi discontinued oleh pihak scopus ini.

Artikel Menarik Wajib di Baca  Kesempatan publish cepat dengan low-competition di IJEDRO, Elsevier Publisher (bidang Pendidikan)

4. Jumlah artikel di jurnal

Untuk yang keempat bernama number of articles juga sangatlah penting. Dimana akan menunjukan apakah artikel yang berasal jurnal – jurnal yang akan di hasilkan akan tetap stabil atau terjadi lonjakn yang sangat besar, bahkan ada jurnal yang memiliki publikasi 100 -an, melonjak menjadi 1000-an pada bulan berikutnya. Ini tentu saja akan di re-evaluasi, sehingga ada kemungkinan terjadi discontinued.

5. Jumlah of Full-text click on scopus.com

Untuk yang kelima ini bernama number of full – text cliks on. Ini terkait dengan pembaca. Dimana seorang pembaca ini mengklik artikel – artikel yang ada di jurnal dan website scopus. Jadi juga akan muncul penilaian yang akan menjadi dasar dari matrix untuk reevaluasi scopus nantinya.

6. Abstract usage on scopus.com

Untuk yang selanjutnya ini merupakan abstract usage on scopus dimana leader ini bisa mengklik full artikel yang berada di websitenya scopus.

 

Jurnal Terindeks Scopus

 

2. Berdasarkan RADAR

Pada tahun 2017, Elsevier ini mengeluarkan sebuah alat untuk analisa data yang terkait dengan outlier. Dimana hal ini terjadi kepada jurnal – jurnal yang telah di index oleh scopus sebelumnya. Salah satu outlier yang banyak di tunjukkan dari berapa tools ini adalah yang akan terkait dengan lonjakan – lonjakan publikasi. Dimana hal ini akan memiliki pengaruh seperti perubahan – perubahan dari jurnal yang akan di tampilkan nanti. Dan hal ini juga akan menyebabkan perubahan dari jurnal yang telah di anggap aneh oleh elsevier . Tool ini untuk melakukan kontrol dari jurnal dan penerbit yang di index scopus.

3. Publications Concerns

Publication concern, didasarkan oleh beberapa hal, yaitu :

Artikel Menarik Wajib di Baca  Apa Itu Jurnal Scopus Discontinue dan Nasib Paper

Journal Policy: Apakah jurnal yang berada di scopus ini telah berada aturannya pada kebijakan publishernya. Dimana publisher ini mengacu pada jurnal tersebut dan yang telah di tetapkan oleh scopus index.

Type of peer review: Ini juga akan di cek oleh tim scopus apakah telah memenuhi kriteria.

Diversity: Ini juga akan di periksa oleh pihak scopus secara demografis ini di tujukkan kepada authors serta kepada seorang editorial. Editor dan penulis tidak berasal dari satu negara, sehingga lebih beragam.

Content: Untuk yang kedua ini masalah terhadap konten yang memiliki kaitan dengan artikel yang telah di publikasikan pada jurnal terindeks scopus. Apakah paper memiliki kontribusi pada keilmuan Mangkanya yang sering kita lihat sekarang ini, banyak jurnal yang telah naik peringkat, dimana isu – isu yang di bahas ini terkait dengan covid – 19 , yang memang saat ini telah banyak di perbincangkan.

Kualitas Abstrak : Ini mempengaruhi dari kualitas paper, sejingga selalu di review.

Journal Standing (Citedness) : Jika artikel mengalami pemunduran sitasi yang akan berakitab fatal. Editorial standing yaitu artikel yang di hasilkan pasti jelas dan harus di laksanakan serta dikerjakan sesuai dengan sop oleh editorial tersebut.

Conformity: Misal scope enginering, tapi tiba-tiba ada artikel social. Sehingga ini menyalahi publication concern.

Journal Standing: Terkait Siteness, tingkah laku sitasi sepert apa (self citaiton). Yang lain adalah ada kesalahan-kesalahan terkait dengan editorial standing.

Publishing regularity: Masalah ketepatan waktu untuk publikasi. Sebuah jurnal tidak boleh berubah-ubah dalam jadwal publikasi.

Online availability : Apakah paper dapat di lihat di website ? minimal adalah abstrak.

 

Jasa Proofreading Scopus

https://native-proofreading.com merupakan perusahaan rintisan spesialis pertama di Indonesia untuk  jasa proofreading dan translation publikasi ilmiah seperti jurnal, conference, thesis, disertation. Kami tidak mentranslate selain publikasi ilmiah. Untuk diskusi dan komunikasi add WA kami di 0852-9073-5358.

1 thought on “Inilah 10 Alasan Jurnal Terindeks Scopus di Discontinued”

  1. Yth admin,
    Saya otw menulis jurnal untuk ELT hasil analisis 100an scholars’ writing yg masuk under-reviewing. Di jurnal gratis manakah yg sekiranya bisa mempublikasikannya? Saya dosen Pend Bhs Inggris, sudah bekali-kali menulis di jurnal berbayar, dan jurnal gratis karena saya salah satu editorial team-nya.
    Terima kasih

    Reply

Leave a Comment

WhatsApp WhatsApp us